Sabtu, 14 April 2012

Long Legs Ahjussi? chapter 5


Long Legs Ahjussi? Chapter 5

Genre : Romance
Cast : Yoona, Donghae, dan lain lain
Cuap-cuap penulis :

Okeeey… Update-an lagi dari author Min Gi~~~

Happy reading everybody...


“Aku juga akan menghayati peranku sebagai suamimu, jika kau mau.” Ujar Donghae lagi.

“A-Apa maksudmu?” Yoona memandang namja yang sedang tersenyum –yang ebih mirip dengan smirk- itu bingung. Apa maksudnya? Apa maunya?

Apa ini hanya salah satu ejekan Donghae?

Atau ini… benar-benar permintaannya?

-CHAPTER 5-


“Yoona Eonni!!~~” Seru seorang anak kecil yang masih berukuran imut (?) itu sambil menghambur dan lari mendekati Yoona.

“Ji Hyuuuun~~” Yoona merendahkan badannya dan menangkap tubuh kecil itu lalu merengkuhnya ke dalam dekapannya yang begitu hangat.

“Saengil chukahamnida~! Cepatlah besar dan jadi anak yang baik! Arra?” ujar Yoona sambil mengusap-usap surai panjang hitam milik gadis kecil itu.

“Gomapseumnida Eonni!! Ummm, Apakah Kyu Oppa ikut piknik?” Tanya gadis kecil itu lagi sambil celingukan mencari seseorang. Yoona menggeleng pelan.

“Hmm, Kyu Oppa masih belum bisa ikut. Ia butuh banyak istirahat.” Ujar Yoona menjelaskan dengan sabar.

“Ah, ini pasti Ji Hyun yang berulang tahun, benar kan?” tiba-tiba Donghae datang dari belakang sambil membawa dua kantung plastik besar berwarna putih pada masing-masing tangannya.

“Ne~, tapi… ahjussi ini siapa?” Tanya gadis kecil itu dengan mata bulatnya yang makin membulat lucu.

“Aigoo~ lucu sekali, jinjja.” Donghae mencubit kecil pipi chubby Ji Hyun, membuat anak manis itu tersenyum.

“Eonni~~ Apakah ahjussi ini pengganti Kyu Oppa? Apakah dia akan mengajakku bermain menggantikan Kyu Oppa?” celotehnya. Yoona sendiri bingung akan menjawab apa. Donghae kan bukan siapa-siapanya, dan untuk apa dia ikut acara keluarga Yoona? Dan kenapa Yoona mengijinkannya ikut?

“Ji Hyun-ah,” Donghae merengkuh tubuh Gadis itu seakan-akan merebutnya dari Yoona.

“Ahjussi ini adalah namjachingunya Yoona Eonni. Namaku Donghae. Lee Donghae.” Donghae menjelaskan.

“Yah! Siapa kau mengaku jadi namjachinguku?!” Yoona langsung meninju lengan Donghae.

“Umm, Arrasseo… Jadi ahjussi ini namjachingunya Yoona Eonni? Dan Yoona Eonni adalah yeojachingunya Ahjussi, begitu?” gadis itu menarik kesimpulan sendiri. Benar-benar polos.

“BENAR!!~~” seru Donghae gembira.

“ANDWAE!!!” Yoona berteriak frustasi.

“Yoona? Sudah tiba? Eh-? Ada tamu?” Bibi Yi Kyung keluar dari dalam rumah sambil menghampiri Yoona-Donghae dan gadis kecil yang tak lain adalah anaknya.

“Annyeonghaseo, Lee Donghae imnida, manaseo bangapseumnida.” Ujar Donghae sopan sambil membungkukkan badannya.

“Ah, sopan sekali. Apakah dia ini temanmu, yoon?” Tanya bibi Yi Kyung.

“Aku-“

“Ahjussi ini adalah namjachingunya Yoona Eonni, Eomma!” seru Ji Hyun yang tingginya bahkan mungkin hanya 102 cm saja.

“Eh? Namjachingu?”  bibi Yi Kyung melirik Yoona dengan tatapan ‘kenapa-kau-tak-pernah-cerita-padaku-?’

Sementara Yoona hanya menghembuskan nafas pasrah dan melirik namja di sampingnya itu dengan sejuta tatapan kematian.

“Kalau begitu masuklah, kita siapkan semuanya lalu pergi piknik.” Bibi Yi Kyung tersenyum ramah sambil menggendong putri kecilnya dan masuk ke dalam rumah.
.
.
.

“Namja itu benar-benar.” Gerutu Yoona kesal sambil memotong-motong sosis di hadapannya ini dengan tidak sabaran.

“Aiiiissssh!!! Jinjjaa!!” ia mempercepat tempo eksekusi sadis sosis-sosis sapi itu. Ia lalu menghentikan aksinya saat ia menyadari kalau sosis-sosis itu sudah tidak berbentuk. Bahkan sekarang nampak seperti bubur sosis.

Yoona lalu mencari-cari daging lagi di dalam kantung plastik putih besar itu. Dan mukanya langsung termenung saat menemukan satu pak daging segar. Ingatannya kembali saat ia dan Donghae sedang belanja di supermarket tadi. Donghae bahkan mengakuinya sebagai seorang istri! Yoona lalu membanting pelan daging itu masuk kembali ke dalam kantungnya.

“Kenapa aku harus membawanya kesini?” Yoona mengacak rambutnya frustasi. Tapi tunggu dulu…

“Kenapa aku harus marah-marah?” Tanya Yoona pada dirinya sendiri.

“Cho Yoona…” panggil bibi Yi Kyung yang baru datang dengan beberapa kotak bekal di tangannya.

“Ne?” Sahut Yoona.

“Ayo kita rapikan kimbap-kimbap ini.” Panggil bibi. Yoona menghampiri bibi Yi Kyung dan mulai membantu bibinya memotong kimbap itu dan menyusunnya ke dalam kotak bekal.


”Yoon, bolehkah bibi bertanya sesuatu?” Tanya bibi Yi Kyung ditengah kegiatan mereka.

“Tentu saja bi. Ada apa?” Yoona masih serius memotong-motong kimbap.

“Apa namja itu, benar-benar namjachingumu?” Tanya bibi Yi Kyung.

“Eh?” Yoona menoleh ke arah bibi Yi Kyung. Mendapati wanita itu tengah memperhatikannya dengan jeli, lalu ia tersenyum.

“Tentu saja bukan, bi. Bukankah aku jarang dekat dengan namja?” jawab Yoona ringan.


“Maka dari itu. Aku heran saja kenapa kau bisa membawanya ke acara piknik kita jika dia benar-benar bukan siapa-siapamu. Dan aku juga tak tahu kenapa tadi Ji Hyun bisa memanggilnya namjachingumu.” Bibi Yi Kyung juga masih berkutat dengan kimbap-kimbap itu.

“Namja itu memang aneh, bi. Dia juga sering menjahiliku. Tadi kami tak sengaja bertemu di rumah sakit. Dan dia memaksa ikut. Dia bilang dia butuh makanan.” Yoona bersenandung ringan sambil menjelaskan.

“Tapi entah kenapa aku merasa kau jadi hangat saat bersama namja itu…” bibi Yi Kyung akhirnya mengutarakan apa yang dirasakannya.

“Itu hanya perasaan bibi saja…” Yoona meng-iya-kan walaupun iya sendiri bingung dengan jawaban atas pertanyaan bibinya itu.

“Aku juga sedikit merasa hangat bertemu dengan namja itu…”

.
.
.

Angin berhembus perlahan, membelai surai lembut seorang yeoja yang masih dengan sabar duduk di kursi taman belakang rumah bibinya itu. Sesekali sebuah senyum terkembang menghiasi wajah cantiknya. Dan tak lupa sepasang lesung pipi yang juga ikut terlihat ketika ia mengembangkan senyumannya.

Ada yang aneh dengan Yoona. Bahkan author pun juga merasakannya. #plak
Tapi sungguh, ada yang aneh dengan mahkluk Tuhan nan cantik ini. Ia terus-terusan tersenyum ketika sepasang mata beningnya mendapati Donghae tengah bermain bersama sepupu-sepupu kecilnya itu. Ia merasakan sisi dewasa Donghae saat namja itu berkutat dengan sepupu-sepupunya. Ia merasakan kehangatan dan perhatian luar biasa dari namja itu pada anak kecil. Sebelumnya ia tak pernah melihat Donghae seperti ini. Ia bahkan tak pernah tahu kalau Donghae punya sifat dewasa itu. Melihat seorang namja bisa bermain riang bersama anak kecil nampaknya memang sangat menghangatkan.

“Ahjussi!! Han Kang Oppa mengejarku terus!!” Ji Hyun bersembunyi di balik punggung Donghae dan memeluk namja itu dari belakang walaupun tubuh mungilnya tak ada apa-apanya dibandingkan tubuh Donghae.

“Hm? Waeyo? Han Kang-ah, Kenapa kau mengejar Ji Hyun terus?” Donghae menggendong Ji Hyun dan Ji Hyung mengalungkan tangannya di leher Donghae, seakan meminta perlindungan.

“Heheheh, maafkan aku Hyung… habisnya Ji Hyun asik kalau diganggu.” Han Kang membentuk tanda ‘V’ dengan jarinya sambil tersenyum polos.
 “Dasar.” Donghae menjitak pelan kepala namja kecil itu. Mereka malah terkekeh bersama-sama.

“Sudah kan, main-mainnya? Ayo berangkat.” Yoona menghampiri tiga orang itu sambil membawa kotak bekal.

“Kajja!” ujar Donghae sambil tetap menggendong Ji Hyun.

.
.
.

“… Kalau begitu saya pasti akan membantu, Tuan.” Suara bibi Yi Kyung terdengar samar-samar.

Donghae yang baru saja akan menghampiri bibi Yi Kyung seketika menghentikan langkahnya. Dan seakan-akan terhipnotis oleh nalurinya, ia malah bersembunyi dan berusaha mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh bibi Yi Kyung.

“Kita sudah merencanakan ini dari awal, kan? Tentu saja harus terlaksana, tuan Choi… Cepat atau lambat aku akan memberi tahu Yoona.” jawab bibi Yi Kyung lagi pada seseorang di ujung telepon sana.

Tuan choi? Siapa? Choi? Pertanyaan demi pertanyaan terus muncul di kepalanya.

“Oh, aku mengerti. Dasar anak muda, pasti merencanakan hal-hal menyenangkan.” Ujar bibi Yi Kyung lagi.

“Siapa orang bermarga Choi? Ada rencana apa diantara mereka? Dan kenapa Yoona dibawa-bawa?”

“Kalau begitu baiklah, sampai juga lagi…” bibi Yi Kyung memutus sambungan telepon. Donghae buru-buru berjingkat keluar dari ruangan itu. Ia tak ingin bibi Yi Kyung tahu bahwa ia mendengar semuanya. Siapa tuan Choi? Tuan Choi yang punya rencana bersama bibi Yi Kyung?

Dan masalahnya sekarang adalah,

Rencana ini menyangkut Yoona.
.
.
.

Donghae dan Yoona sedari tadi terus saja tertawa bersama. Ji Hyun, dan Han Kang juga nampak riang ikut dalam candaan Donghae. Donghae selalu melawak dengan polah tingkahnya yang benar-benar aneh. Seperti tiba-tiba memakai irisan timun di matanya, menempelkan sebuah tomat di hidungnya, dan berbagai tingkah konyol lainnya.

Sementara itu bibi Yi Kyung juga ikut tersenyum-senyum melihat kedua sejoli itu tertawa bersama-sama. Sementara paman Kyung San sibuk menikmati kimbap sambil sesekali juga tersenyum.

“Ahjussi~~ Ayo maiiin~~” Ji Hyun menarik-narik tangan Donghae genit sambil mencoba mengajaknya.

“Ji Hyun, ahjussi mau makan dulu, kamu main sama Han Kang Oppa, ne?” tawar Donghae, tapi Ji Hyun masih ngotot ingin main bersama Donghae.

“Kalau begitu biar aku saja yang belikan sodanya, bi.” Ujar Yoona tiba-tiba.

“Eh? Kau mau pergi kemana yoong?” Tanya Donghae innocence.

“Membeli Soda. Sodanya habis.” Jawab Yoona sekenanya.

“Kalau begitu biar aku yang antar ya? Aku kan bawa mobil.” Tawar Donghae.

“Tidak usah, aku jalan kaki saja.” Jawab Yoona dingin.

“Pergilah dengannya, supermarket takkan mudah kau temukan di taman rrumput begini.” Ujar paman Kyung San. Sepertinya paman berpihak pada Donghae. Sementara bibi hanya diam saja.

“Kalau begitu baiklah…” Yoona lalu mengikuti Donghae yang tersenyum menggoda dan penuh kemenangan padanya.

“Aaa~ Ahjussi menyebalkan! Tidak mau main denganku tapi maunya dengan Yoona Eonni~~” Ji Hyung mengerucutkan bibirnya kesal. Anak sekecil ini ternyata sudah mengerti apa yang namanya cemburu juga -_-

Donghae lalu mengecup pucuk kepala Ji Hyun dan mengusap-usapnya lembut.

“Nanti kalau Ahjussi sudah pulang, kita main. Oke?” tawar Donghae sambil tersenyum manis. Ji Hyun mengangguk-angguk girang. Sementara Yoona?

Eh? Tunggu dulu.

Yoona barusan memutar bola matanya jengah. Omo~!

Apa dia…

Cemburu dengan Ji Hyun?

.
.
.

“Kau tahu tidak, Aku senang sekali Ji Hyun memanggilku ahjussi~” cerita Donghae sambil melirik Yoona sesekali. Tapi lawan bicaranya itu hanya diam sambil sesekali mendengus kesal. Donghae tak bisa melihat jelas ekspresi gadis itu karna dia sedang menyetir.

“Habis kau tidak pernah memanggilku ahjussi sih. Aish~ Anak itu menggemaskan sekali ya?” Tanya Donghae lagi, tapi masih tak ada respon yang berarti dari sang lawan bicara.

“Kenapa kau tidak memanggilku ahjussi seperti Ji Hyun?” tanya Donghae lagi berusaha mencairkan suasana.

“Diamlah dan fokuslah menyetir!” sahut Yoona. Sepertinya darah Yeoja itu sudah mendidih dan meluap-luap dari kepalanya.

“Yah, memang aku salah apa?” Donghae menggerutu dengan imutnya, sementara Yoona lagi-lagi mendengus kesal.

“Ini tidak adil. Kau memanggil Siwon Hyung Ahjussi, tapi kau tidak melakukannya padaku. Bahkan kau lebih sering memanggilku ‘YAH!’ atau ‘Juggeullae?’ begitu…” Donghae menggerutu lagi dengan imutnya.

“Kalau begitu memang kenapa? Kalau kau tidak suka lebih baik jauh-jauh dariku!” Yoona makin kesal sepertinya. Nada bicaranya dari tadi terus meninggi.

“Kalau begitu kau harus jelaskan padaku! Kenapa kau tak memanggilku ahjussi, atau paling tidak Oppa, atau paling tidak kau panggil namaku! Contohlah Ji Hyun! Dia anak kecil yang sopan…” protes Donghae lagi.

“YAH LEE DONGHAE!!! BERHENTI MENGOMEL DAN FOKUSLAH MENYETIR!!” Yoona membentak. Oke, sepertinya Donghae baru saja memancing seekor banteng yang sedang marah. *author digampar Yoona*

“Sekarang kau memanggil namaku tapi dengan notasi suara yang menyebalkan. Oh ayolah Cho Yoona, lakukan hal yang manis seperti seorang wanita…” Donghae nampaknya masih belum menyerah mengganggu Yoona.

“Kenapa kau selalu mempermasalahkan hal enteng? Kau ini benar-benar kacau!” Yoona membentak. Hatinya benar-benar terasa panas saat ini. Kenapa seperti ini? Yoona juga tidak tahu.

“Kenapa kau marah-marah begini? Kenapa kau jadi aneh seperti ini?” Donghae masih terus mencari informasi. Ia lalu menghentikan mobilnya di depan sebuah supermarket kecil di pinggir jalan.

“Katakan, apa aku melakukan hal yang salah?” Donghae menuntut jawaban. Onyx miliknya menatap intens wajah cantik seorang Cho Yoona. Wajah cantik yang lambat laun bahkan semakin merebut hatinya. Merebut perhatiannya, merebut kasih sayangnya, merebut onyxnya untuk selalu memandangnya.

“Karna kau selalu membanding-bandingkanku dengan Ji Hyun!!!! Dan itu menyebalkan!!!” Yoona akhirnya berteriak. Mengungkapkan semua masalah yang daritadi berputar-putar di fikirannya.

“Ji Hyun itu masih kecil! Kau tidak boleh menciumi kepalanya seperti itu! Dia masih sangat kecil untuk kau-yadong-i!!” tambah Yoona lagi sambil memandang balik Onyx Donghae.

Dan Donghae termenung. Otaknya seakan melambat mendengar jawaban Yoona barusan. Donghae sama sekali tak mengira bahwa masalah sekecil ini akan merusak mood seorang Yoona. Tapi tunggu dulu… bagian otak Donghae yang lain nampaknya menangkap sinyal dari hati Yoona. Menangkap sebuah sinyal yang membuat Donghae otomatis menarik bibirnya dan menggoreskan sebuah ‘smirk’ yang sering dijuluki ‘evil-smirk’ oleh teman-temannya.

“W-wae?!” Tanya Yoona seketika saat wajah Donghae mendekati wajahnya. Apa Donghae mau menciumnya? Ciuman pertamanya akan dilakukan di dalam sebuah mobil? Bersama Lee Donghae? Lagi?
*Ini bayangan yadong author. Bukan fikiran Yoona*

“Kau…” ucap Donghae yang sebenarnya lebih mirip sebuah bisikan.

Yoona bisa merasakan hembusan nafas Donghae yang hangat menerpa wajahnya. Geli, memang. Tapi semua ini nampak tidak nyata baginya. Yoona hampir saja menutup matanya ketika tiba-tiba Donghae berucap

“Kau cemburu pada Ji Hyun?” sergah Donghae tiba-tiba. Membuat mata bening Yoona membulat lucu.

“Iya kan? Kau cemburu pada Ji Hyun kan?” Donghae makin menatap mata manik-manik Yoona yang bening itu intens.

“A-aku? Cemburu? Cih. Mana mungkin.” Yoona mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil.

“Sudahlah, mengaku saja… Aku tahu, aku ini memang tampan dan berkharisma. Mungkin kau sudah semakin jauh terjerat kedalam pesonaku…” Donghae membenarkan jambangnya dan sesekali mengusap-usap dagunya angkuh.

“Ish! Aku tak mungkin cemburu! Lagipula, kalaupun aku benar-benar cemburu pada seseorang itu pasti bukan kau! Setidaknya bukan orang sepertimu…” Yoona mengelak. Sepasang manik bening itu menunjukkan ketidak jujuran yang dalam.

 “Kalau bukan sepertiku….” Donghae langsung mendekatkan wajahnya kembali ke wajah Yoona. Membuat Yeoja itu sedikit tersentak.

“Lalu kau mau yang seperti apa?” Tanya Donghae disertai senyuman jahilnya.

“Aku-“

Keromantisan mereka seketika saja terganggu karna tiba-tiba benda bernama handphone milik Yoona itu melantunkan lagu Gee, pertanda ada seseorang yang ingin berbicara dengannya. Donghae lalu memundurkan wajahnya, memberi kesempatan Yeoja itu untuk mengangkat teleponnya.

“Yoboseyo?” jawab Yoona pada gadget itu.

“Ahjussi!! Jeongmal Bogoshipoyo!! Kenapa kau tidak pernah menemuiku lagi?” Yoona nampaknya mulai larut dalam keasikannya menerima telepon. Ia sampai keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam minimarket itu.

“Choi Siwon… Kau benar-benar-! Isshh!!” Donghae memukul kemudi mobil dengan wajah kesalnya yang menurutku masih tampan #plak. Lalu segera berlari-lari kecil menyusul yoona masuk ke dalam mini market.

.
.
.

“Arrasseo Ahjussi. Aku takkan lupa makan. Arrasseo…” ujar Yoona yang masih sibuk dengan suara seorang namja di suatu tempat yang entah dimana sekarang, yang pastinya membuat Donghae kesal karna ia sama sekali tak punya kesempatan mengobrol dengan Yoona.

“Kau ini ahjussi!!” Donghae masih sibuk memperhatikan Yoona walaupun ia masih fokus mengemudi kembali ke tempat piknik mereka tadi. Apa sih kelebihannya Choi Siwon? Lihatlah, Yoona bahkan tak pernah berhenti mengembangkan senyumnya selama ia bertelepon dengan Siwon. Tidak sedetikpun.

Untuk ukuran tampan, HAHAHAH! Siwon masih pemenangnya, Lee Donghae! Jadi jangan bermimpi.

Untuk ukuran tinggi badan, Oh sudahlah. Donghae pasti kalah.

Untuk ukuran imut, Tentu saja Donghae yang menang.

Dan untuk ukura materi, okelah, kalian sama-sama mapan.

Tapi Siwon itu memang sempurna. Semuanya dari Siwon terasa sempurna. Tampan iya, Baik dan perhatian sudah pasti, Berkecukupan juga sudah pasti, tentu saja karna perusahaan maju yang sedang dikelolanya itu. Oh astaga, kenapa sekarang Donghae jadi pesimis begini?

“Kalau begitu selamat bekerja Ahjussi…” itu adalah kalimat terakhir Yoona pada Siwon sebelum ia menutup sambungan teleponnya.

Donghae melirik Yoona sekali lagi. Melihat Yeoja itu masih setia mengembangkan senyumannya walaupun pandangan yeoja itu sekarang sudah beralih pada jalanan.

“Pasti Siwon hyung, kan?” Tanya Donghae berusaha memancing suara imut Yoona untuk keluar.

“Bukan urusanmu.” Jawab Yoona singkat. Dan benar saja, senyuman Yoona tadi langsung berubah jadi sebuah ekspresi kesal, dan Donghae membenci itu. Kenapa harus Siwon yang membuatnya tersenyum? Kenapa bukan dia saja yang membuat Yoona tersenyum bahagia seperti tadi? Kenapa dia selalu membuat mood Yoona berubah jadi jelek? Ah, kau ini bagaimana sih Lee Donghae?

“Kenapa kau tak pernah bersikap sebagai seorang wanita dihadapanku?” gerutu Donghae sambil masih berusaha fokus pada kemudi. Yoona menatap Donghae bingung.

“Pertanyaan macam apa itu?” kata Yoona.

“Aku serius.” Donghae melirik Yoona lagi.

“Karna kau tidak pernah memperlakukan aku sebagai wanita.” Jawab Yoona. Jujur. Jawaban ini memang sebuah kejujuran dari seorang Cho Yoona. Donghae lalu segera memarkir mobilnya karna mereka sekarang sudah tiba.

“Kalau begitu katakan padaku, apakah Choi Siwon memperlakukanmu sebagai seorang wanita?” Tanya-nya setelah memarkir mobil. Yoona yang baru saja akan melepas sabuk pengamannya langsung terdiam. Sepertinya pertanyaan barusan membuat otaknya terpancing untuk berfikir.

“Ya, kurasa begitu.” Jawab Yoona sambil menatap wajah Donghae yang sudah menantikan jawabannya.
“Kalau begitu bolehkah aku meminta ijinmu?” Tanya Donghae sambil masih menatap lekat-lekat wajah cantik itu.

“Ijin? Ijin untuk apa?” Yoona juga menatap intents wajah imut itu.

“Mulai hari ini, aku akan memperlakukamu sebagai seorang wanita.” Ikrar seorang Lee Donghae yang membuat Cho Yoona terdiam dan mengangguk perlahan tanpa sadar.

.
.
.

“Nah, kalau begitu kalian pulang berdua saja ya? Karna kami akan langsung pulang ke rumah.” Ujar bibi Yi Kyung di depan mobil keluarga kecil mereka.

“Kalau begitu aku akan mengantar Yoona, bi. Sampai bertemu lagi, dan terimakasih untuk hari ini.” Donghae membungkuk sopan sambil tersenyum.

“Sampai jumpa lagi ya, hati-hati di jalan.” Paman Kyung San melambaikan tangannya dari dalam mobil, diikuti bibi Yi Kyung yang juga masuk ke dalam mobil.

Perlahan, mobil itu menjauh dari Donghae dan Yoona. Membiarkan dua manusia itu terdiam dalam keheningan dan kecanggungan yang tercipta sedari awal piknik hari ini.

“Paman dan bibimu… mereka orang yang baik.” Ujar Donghae membuka topic pembicaraan.

“Hm, mereka sudah kuanggap seperti orangtuaku sendiri.” Yoona menanggapi sambil mulai melangkah perlahan menuju ke mobil Donghae yang terparkir tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.

“Kau pasti senang diperhatikan.” Ujar Donghae lagi. Yoona mengangguk sambil terus memandang lurus jalanan yang ia tapaki.

Sinar benda langit yang disebut bulan itu kini menerangi jalan setapak khas taman yang dilalui Donghae dan Yoona. Tentu saja bukan cahaya bulan sepenuhnya, karna cahaya cantik itu sudah terkontaminasi oleh cahaya lampu taman yang dengan apik dan rapi tertata di pinggiran jalan setapak.

Sekilas angin berhembus menyisir surai hitam Yoona yang tergerai bebas. Memaksa gadis itu untuk sesekali menyibakkan poni panjangnya yang bermodel menyamping yang menutupi wajah cantiknya. Dan pemandangan itu juga masih setia menjadi ‘santapan’ Donghae. Bagi namja itu, berjalan bersama dengan Yoona di taman, di bawah jalan setapak, di bawah sinar bulan, apalagi bersama dengan gadis yang kau sukai… sungguh, sesuatu.

“Aku masih belum mau pulang…” ujar Donghae sesaat setelah ia dan Yoona sudah tiba di depan mobilnya.

“Lalu?” Tanya Yoona imut.

“Kau mau tidak, menemaniku jalan-jalan?” tawar Donghae dengan senyuman malu-malunya.

“Hey, wajahmu merah.” Komentar Yoona polos. Apakah begitu merahnya hingga wajah merah (read: malu) Donghae itu masih terlihat walaupun tanpa penerangan yang cukup?

“Hm, kurasa itu bukan ide yang buruk. Kau mau kemana?” Yoona memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Berusaha melawan dinginnya angin malam yang terus-terusan membelai kulit mulusnya.

“Aku tahu satu tempat… Agak jauh dari sini. Apa tidak apa-apa?” Tanya Donghae mengalihkan permasalahan ‘wajah merah’ miliknya.

“Dimana? Apakah tempatnya cantik?” Yoona mendadak antusias. Entah mengapa, ada sesuatu yang bergemuruh dalam dadanya ketika ia membayangkan ia akan bersama dengan Donghae, dan hanya berdua dalam beberapa waktu kedepan. Terlebih lagi sekarang suasananya benar-benar mendukung. Malam hari kota Seoul yang masih ditemani sinar bulan yang nampak begitu cerah, dan juga karna tingkah aneh dan menyebalkan Donghae tidak tiba-tiba menyeruak seperti biasanya. Karna biasanya jika Donghae sudah mengeluarkan tingkah menyebalkannya itu Yoona pasti langsung naik darah.

“Kalau begitu, masuklah.” Donghae membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Yoona masuk. Oh astaga, ini benar-benar bukan Lee Donghae.

“Terimakasih.” Yoona tersenyum sekilas lalu masuk ke dalam mobil.

Dan Donghae menghembuskan nafas berat sambil menggosok-gosokkan kedua tangannya, sekedar menghilangkan rasa gugupnya dan juga menghangatkan tangannya dari angin yang masih sesekali berhembus.

“Malam ini, perjuanganku akan dimulai.” Ujar Donghae percaya diri.

Memang benar, malam ini barulah kau akan memulai perjuanganmu Lee Donghae.

Majulah satu langkah, dan unggul dari siapapun bermarga Choi yang tadi mengobrol dengan bibi Yi Kyung via telepon.
.
.
.

“Namja sepertimu, punya referensi tempat seperti ini juga, eoh?” ejek Yoona sambil masih sibuk menikmati pemandangan yang terhampar di depan matanya ini.

Ia, dan Lee Donghae saat ini sedang duduk di atas sebuah batu besar di dataran yang lebih tinggi dari dataran yang dibawahnya. Membuat sepasang mata bening gadis itu mampu menikmati indahnya kota Seoul dari tempatnya duduk saat ini. Cantik sekali. Kerlap-kerlip lampu dari atas sini terpampang dengan jelas. Bulan yang ada di atas langit juga tak kalah cantiknya. Ditambah lagi aroma rerumputan yang tertiup angin malam menambah nuansa tersendiri yang khas.

“Aku hanya ingin menepati janjiku.” Donghae menatap langit malam Seoul sambil menyelipkan tangannya dibalik saku jaketnya.

“Aku tak tahu kau punya sisi seperti itu…” Ujar Yoona lirih, yang bahkan mungkin nyaris hanya mampu didengar oleh telinganya sendiri.

“Baru kali ini aku bertemu wanita sepertimu, Cho Yoona. Kau unik. Kau berbeda.” Donghae memusatkan onyxnya ke mata bening Yoona. Mencoba menerawang dan menyelami isi hati yeoja itu.

Yoona jelas saja speechless. Baru pertama kali ini ia dirayu oleh seorang namja, dan ditatap dengan intens seperti ini. Demi apapun, bahkan Kyuhyun tak pernah menatapnya seperti ini dulu. Siwon juga tidak. Tatapan onyx Donghae ini terasa—

—berbeda?

Hangat, lembut, dan menyalurkan kasih sayang. Ya, setidaknya itu yang ditangkap oleh mata bening Yoona ketika menyambut sorot mata hangat dari sepasang onyx indah itu.

“Namja ini… bergurau?”

“Tidak, aku tidak bergurau, Cho Yoona. Aku serius. Benar-benar serius.” Donghae langsung menyambar fikiran Yoona. Membuat yeoja itu sedikit terkejut karna namja ini seperti sedang membaca fikiran atau semacamnya.

“Dia bisa memb-“

“Aku bukan pembaca pikiran, kau babo!” Donghae tersenyum.

“Oke, sekarang aku benar-benar takut.Ada apa dengannya?”
“Kau mau tahu kenapa? Karna kau, adalah yeoja pertama yang mengubah hidupku sejak dulu.” Donghae tersenyum lagi. Namun bagi Yoona itu terlihat seperti seringaian.

“Sejak dulu?” Yoona menjawab pernyataan Donghae barusan.

“Kau membuatku belajar arti sebuah kasih sayang yang murni. Sebuah cinta yang tulus, dan penuh perjuangan. Hidupmu, dan semua tentang dirimu, membuatku gila.” Donghae kembali melemparkan pandangannya ke atas langit malam yang menjadi atap mereka saat ini.

“Aku tidak—“

“Memang tidak. Kau tidak akan mengerti.” Donghae tersenyum tulus. Seperti menepis fikiran-fikiran buruk gadis itu tentang dirinya dalam sekejap mata.

“Donghae-ya! Aku sungguh sedang bingung sekarang! Kau benar-benar membingungkan!” Yoona menggerutu dengan kesalnya. Donghae malah menatap Yoona bingung.

“Kau benar-benar aneh! Beberapa waktu lalu kau jadi pemarah dan aneh. Lalu beberapa hari yang lalu kau menjadi seorang penggombal ulung, dan sekarang kau menjadi seorang bijak? Sebenarnya yang mana dirimu yang asli?” Yoona malah kesal dan bingung sendiri dengan apa yang saat ini berlalu lalang di fikirannya.

“Kalau menurutmu, yang mana aku yang asli?” Donghae malah mengajaknya bergurau. Benar-benar playboy ulung -_-

“Aku serius!” Yoona mengerucutkan bibirnya kesal.

“Jadi apapun yang kau mau, itulah tugasku. Jadi apapun, bahkan siapapun yang kau butuhkan.” Donghae tersenyum dan kembali menyorot manik Yoona dengan onyx-nya.

“Ish! Kau ini ke—“

Belum sempat Yoona melanjutkan kalimatnya, hujan tiba-tiba saja turun dan perlahan lahan semakin deras. Membuat Yoona dan Donghae langsung panik. Donghae dengan sigap melepas mantelnya dan menutupkannya ke tubuh Yoona yang sudah basah kuyup. Yah, at least itu menambah kesan romantis kan?

.
.
.

“Aish! Handphoneku kehabisan baterai!” gerutu Yoona sambil terus menggigil. Tubuhnya terus bergetar walaupun tidak ketara. Membuat Donghae semakin merasa bersalah.

“Gwaenchana?” Donghae duduk di samping Yoona, di emperan supermarket yang untungnya buka 24 jam.

“Tentu saja tidak!! Ish- ini semua karna kita nekat keluar malam-malam dan tidak langsung pulang! Pasti bibi Yi Kyung yang mengutuk kita.” Gerutu Yoona.

“Siapa suruh kau ikut saat aku mengajakmu?” jawab Donghae santai.

“Babo! Kau kan harusnya yang mengantarku pulang!” Yoona meninju lengan Donghae.

“Ah sudahlah!” Donghae mengacak rambutnya kesal, lalu masuk ke dalam super market. Sementara Yoona masih bergelut dengan mantel basah Donghae yang masih melekat pada tubuhnya, berusaha menghangatkan diri dengan mantel basah itu.

Tapi tak lama kemudian namja sialan itu *ups kembali. Di tangannya ada dua buah kemasan ramen dengan asap mengepul dan juga dua buah kopi instant kemasan dengan asap panas yang mengepul pula.

Ia duduk di samping Yoona, dan meletakkan semangkuk ramen dan juga segelas kopi di hadapan Yoona.

“Untung saja kasir-nya masih mau menerima uang basah.” Donghae membuka sumpitnya dan bersiap untuk menyantap ramen hangat itu. Namun gerakannya terhenti melihat Yoona masih termenung menatap dirinya. Untuk mengurangi kecepatan detak jantungnya yang terus meningkat dan berpacu lebih kencang, ia berusaha melanjutkan acara makan ramennya yang sempat tertunda tadi.

“Makanlah, nanti kau sakit.” Donghae membuka tutup ramennya dan menyumpit beberapa helai mie-nya sambil meniupinya perlahan, berusaha mengusir uap panas yang akan membuat mulutnya terbakar jika ia langsung melahapnya.

“Donghae-ya, kau tahu? Aku senang melihat sifatmu yang seperti ini.” Yoona tersenyum sambil berusaha menarik perhatian onyx Donghae untuk menatap maniknya.

Dan ternyata berhasil! Onyx Donghae menyambut tatapan hangat dari manik Yoona yang sedang menatapnya lekat-lekat. Membuat Donghae rasanya mau meledak saja diperhatikan seperti itu.

“Aku yang seperti apa?” Tanya Donghae.

“Kau yang seperti ini. Yang baik, perhatian, lembut tapi tetap jahil dan menyenangkan. Jangan rubah dirimu, ya? Aku mau kau yang seperti ini.” Yoona tersenyum sambil menautkan tangannya sendiri. Mencoba mengusir hawa dingin yang selalu berusaha menelusup kepori-pori kulitnya.

“Kau mau aku yang seperti ini? Baiklah, terserah kau saja.” Donghae tersenyum juga, melihat bahwa akhirnya perjuangannya selama ini membuahkan hasil walaupun belum terlalu ketara seperti apa akhir perjalanan cintanya nanti.

“Tapi perlu kuingatkan—“ ujar Donghae.

“Aku punya dua pribadi yang berbeda.” Donghae menarik bibirnya sendiri membentuk sebuah seringaian.

“Dua pribadi?”

“Hm, dua. Yang terlihat dan yang tidak terlihat. Hahahaahahahaaa~~” Donghae tersenyum lucu, menandakan bahwa semua ini hanya gurauan.

Benarkah…

Dua kepribadiannya adalah gurauan?











TBC




Huaaaa maaf banget ya aku update-nya lamaaa banget. Ini aja aku ngebut banget jadi maaf kalo jelek ya, readers T^T

Soalya aku masih UTS ini, jadi harus belajar, heheheheheh
Tapi aku janji deh, nanti secepetnya pasti aku update lagi oke?

Thankyou for reading J