Jumat, 23 Maret 2012

Long Legs Ahjussi? chapter 4


Genre : Romance
Cast : Yoona, Donghae, dan lain lain
Cuap-cuap penulis :

Makasih banyak sebelumnya buat semua orang yang udah mau ngikutin cerita ini :D
Di chapter ini mungkin agak ngebosenin, tapi ada satu masalah yang bakal bikin cerita ini jadi kayak sinetron -__-

Happy reading everybody...



“Tetap saja kau pegawai disini. Ini kan café bibimu, Sudah sana cepat!” perintah Donghae lagi. Namun saat Yoona akan beranjak, ia tersadar akan sesuatu.

“Hae-ya! Darimana kau tahu kalau aku menjadi pelayan di café ini?” Selidik Yoona curiga. Dan BINGO! Raut muka Donghae berubah panik.

“Dan darimana kau tahu ini café bibiku?” selidik Yoona lagi. Donghae tidak bergeming. Seperti masih bingung mencari jawaban.

“A-aku…”

“Ayo cepat jawab! Atau jangan-jangan…” Yoona menggantungkan kalimatnya, membuat Donghae makin bingung dan jika digambarkan dalam komik, titik-titik keringat Donghae akan bercucuran dengan aneh. Sementara Donghae malah makin gelagapan entah kenapa. Apa yang disembunyikan namja ini, sih?

“Kau membuntutiku ya?!” tuduh Yoona dengan polosnya. Donghae menghembuskan nafas panjang. Lega? Sepertinya memang itu ekspresi yang tertangkap di mata saya, reader -_-

“Kau ini sebenarnya punya berapa kepribadian, sih? Tiga? Lima? Atau berapa? Jangan buat aku bingung dengan kepribadianmu!” balas Donghae.

“Heh? Kau itu yang aneh! Aku bertanya kau malah Tanya balik” Yoona mengerucutkan bibirnya.

“Aku ini kenal baik dengan SIwon Hyung. Ia sering bercerita tentang café ini. Dan aku juga sudah beberapa kali ke sini.” Ujar Donghae santai sambil menyandarkan tubuhnya di penampang kursi café.

“Hmm, benar juga.” Yoona mengangguk-angguk polos.

“Oh iya, dari mana kau kenal dengan Siwon Oppa? Dan bagaimana kalian bisa sedekat itu?” Yoona menyelidik lagi dengan mata bulat lucunya.
“Oppa? Bukankah biasanya kau memanggilnya ahjussi?” Donghae memutar bola matanya, angkuh dan acuh tak acuh.

“Ish! Kau ini benar-benar! Aku kan bertanya padamu kau malah bertanya balik!” protes Yoona.

“Kalau begitu antarkan pesananku dulu, baru kujawab pertanyaanmu. Aku tak bisa berpikir dengan perut kosong.” Jawab Donghae sambil tertawa renyah.

“Memangnya otakmu ada di perut? Dasar ikan.” Yoona mengejek Donghae kesal.

“Apa katamu? Ikan?” Donghae melotot lucu.

“Iya, Ikan. Ikan itu kerjanya makan terus, tahu tidak? Persis sepertimu, yang hanya makaan terus.” Yoona menyundul dahi Donghae dengan jari telunjuknya karna ‘kebetulan’ kepala namja yadong itu mulai mendekati wajahnya.

“Tunggulah sebentar. Kubuatkan untukmu.” Yoona beranjak sambil tersenyum geli melihat wajah yadong Donghae yang baru saja di sundulnya pelan.

.
.
.

“Disini kau rupanya, bocah.” Siwon menghempaskan tubuhnya di sofa yang berhadapan dengan sofa Donghae, sambil memandang lega namja yang lamunannya baru saja terganggu karna kedatangannya itu.

“Senang karna berhasil menjebakku, eoh?” Donghae tersenyum kecut. Siwon tertawa renyah sambi memandang lucu wajah Donghae yang sedikit aneh.

“Hahahahh- Kau ini benar-benar tidak berubah ya, Lee Donghae.” Siwon tersenyum kecil.

“Aku serius, Hyung. Idemu benar-benar gila. Aku harus masuk SMA lagi dan memalsukan identitas ini benar-benar gila.” Donghae memijit-mijit keningnya frustasi.

“Gila kenapa? Apanya yang gila?” Tanya Siwon polos.

“Sudahlah, lupakan.” Donghae melempar pandangannya pada trotoar jalan yang nampak ramai dan terlihat indah dari tempat duduknya.

“Kau sudah pesan makanan?” Siwon mencoba mengganti topic pembicaraan. Donghae mengangguk menanggapi.

“Hmm, eh hyung, Aku baru sadar kalau tempat ini indah.” Sepasang onix milik Donghae masih sibuk mengamati suasana sore kota Seoul yang selalu cantik. Langit yang orange dengan warna kuning yang tidak terlalu menyolok, dan juga awan-awan yang malah terlihat seperti kabut berwarna putih tebal menghiasi langit orange senja yang cantik.

“Aku tahu, Yoona juga suka tempatmu duduk itu. Di pojok Café ini semua nampak indah.” Sepasang Obsidian Siwon ikut-ikutan mengamati langit Seoul.

“Dan kau selalu duduk di situ, kan? Selalu duduk menemaninya.” Sambar Donghae.

“Begitulah… Sepertinya aku menikmati peranku dengan santai.” Siwon memainkan kunci mobilnya, kebiasaannya saat sedang berbicara dengan pembicaraan serius.

“Aku tahu. Tadi aku bertengkar dengan Yoona, Hyung.” Donghae mengalihkan onixnya menatap Siwon.

“Bertengkar? Kau tidak menghajarnya, kan?” selidik Siwon khawatir.

“Tentu saja tidak! Malah dia berhasil meremukkan aku.” Sahut Donghae ketus yang disambut ledakkan tawa Siwon.

“Apa aku belum memberi tahumu tentang kemampuan Judo-nya? Tuan muda?” Tanya Siwon.

“Hentikan Hyung, jangan memanggilku begitu…” Donghae meninju pelan tangan Siwon yang tergeletak santai di atas meja.

“Arrasseo, Arrasseo. Proyek 1 milyar Won itu sudah kau urus, kan?” Tanya Siwon serius.

”Sudah, seperti janji ku padamu kan? Lagipula aku lebih senang kalau kau yang mengurus proyek perusahaan itu, kau lebih bertanggung jawab.” Jawab Donghae serius juga.

“Hmm, Lee Corp pasti sedang maju-majunya sekarang, kan?” gurau Siwon.

“Choi Corp juga, kan? Lagipula apa sulitnya saling membantu sesama perusahaan maju?” ujar Donghae lagi.

“Kau benar. Ini benar-benar proyek yang sangat menguntungkan untuk kedua belah pihak.” Ujar Siwon.

“Lagipula kenapa sih kita harus ikut-ikutan mengurus ini semua, hyung? Kenapa tidak ayah kita saja? Kan mereka yang punya perusahaan.” Lanjut Donghae santai yang diikuti getakan kecil di kepala Donghae oleh seorang Choi Siwon.

“Kau itu penerus Lee Corp. Jadi kau harus banyak belajar.” Ujar Siwon lagi.

“Ini pesananmu tuan cerew-“ Yoona sedikit kaget melihat Siwon tengah duduk dii hadapan Donghae.

“Loh? Ahjussi? Kenapa kau bisa kemari?” selidik Yoona. Sementara Donghae langsung menyambar baki yang dibawakan Yoona tadi dan mulai bersiap menyantap pesanannya.

“Aku lapar, jadi terfikir untuk kemari.” Jawab Siwon singkat sambil tersenyum. Oh astaga, benar-benar pesona seorang Choi Siwon sekarang sudah merasuk ke diri Yoona nampaknya. Bahkan hanya dengan melihat senyumnya saja, Yoona merasa tentram dan mempercayai semua kata-katanya.

“Apa kau mau kubuatkan wafel lagi, Ahjussi?” Tanya Yoona sopan.

“Tidak usah, aku sudah kenyang tiba-tiba melihat bocah ini makan.” Siwon menunjuk Donghae dengan dagunya.

“Kau ini Hyung. Selalu saja mengejekku bocah!” gerutu Donghae disela-sela kegiatannya menikmati blueberry pie-nya.

“Hmm, kalau begitu espresso? Eotteohkkae?” tawar Yoona lagi.

“Baiklah, jika kau memaksa.” Siwon tersenyum. Sementara Donghae? Yah, dia bahkan sudah tak berselera makan sebenarnya saat mendengarkan dua manusia di hadapannya ini berdialog dengan amat mesra. Entahlah, rasa cemburu itu perlahan-lahan menjalari hatinya.

Yoona lalu berbalik dan kembali lagi ke counter tempatnya biasa meracik kopi ataupun wafel. Dan tak lama kemudian ia kembali lagi dengan secangkir espresso.

“Aku mau Ahjussi menjelaskan semuanya dengan jujur..” Yoona tersenyum lembut sambil menyuguhkan secangkir espresso dengan sedikit asap mengepul dan juga hiasan di permukaan kopi yang terlihat seperti susu, mungkin? Yang membentuk pola-pola yang sedikit acak tapi masih beraturan dan membuat kopi itu terlihat cantik.

“Ah, aku mengerti. Duduklah.” Siwon lalu menggeser sedikit badannya, mempersilahkan yeoja itu untuk duduk di sampingnya. Yoona-pun langsung menduduki ‘tempat’ yang sudah dipersembahkan untuknya itu. Dan Donghae? Lagi-lagi melengos dan memilih focus pada pie-nya yang masih ada setengah potong ketimbang harus menyaksikan YoonWon moment itu.

“Kemampuanmu semakin berkembang, eh?” ujar Siwon saat ia melihat kopi dengan hiasan busa cantik itu.

“Heheh- begitulah. Ayo sekarang ahjussi jelaskan padaku tentang namja ini!” Yoona menunjuk-nunjuk Donghae dengan tidak elitnya, namja yang sedang asik melahap pie-nya seperti tikus yang sedang makan keju. Siwon melirik Donghae sejenak, lalu menyesap espressonya.

“Hmm, Jadi dia ini adalah sahabat baikku. Dan kebetulan karna dia baru pindah dari Busan, aku merekomendasikan sekolahmu.” Jelas Siwon. Yoona mengangguk-angguk kecil mengerti.

“Aku sudah selesai. Aku pulang dulu.” Ujar Donghae sambil meletakkan beberapa lembar uang kertas untuk membayar makanan dan minumannya tadi seraya cepat-cepat berlalu pergi.

“Namja itu benar-benar-!” Yoona menahan emosinya saat melihat punggung namja itu perlahan menghilang setelah keluar dari pintu café.

“Apa dia ditempatkan sekelas denganmu?” Tanya Siwon sambil menyesap espressonya lagi.

“Iya ahjussi. Sudah sekelas, satu bangku lagi! Aku benar-benar tak suka padanya.” Cibir Yoona sesuka hatinya.

“Huh? Waeyo? Apa dia berbuat kasar?” Siwon menyelidik.

“Ani, Aniyo. Hanya saja cara bicara dan sikapnya itu ketus sekali. Ahjussi tahu kan aku paling benci orang seperti itu? Sombong dan Angkuh. Merasa seakan-akan semua orang akan tunduk dengannya. Cih.” Yoona kembali mencibir namja yang baru saja berada dalam atmosfer perbincangan mereka.

“Hahahah- kau ini benar-benar…” Siwon mengusap lembut surai panjang Yoona yang tergerai bebas.

“Tapi aku merasa ada yang aneh dengan namja itu, ahjussi.” Ujar Yoona sambil menatap Siwon serius.

“Apa yang aneh?” Tanya Siwon.

“Aku sendiri tidak yakin, tapi… Ketika aku melihatnya berjalan membelakangiku beberapa kali, aku merasa familiar dengan punggungnya.” Jelas Yoona membeberkan hipotesisnya yang entah didapat dari mana.
“Familiar dengan punggung?” Siwon hampir tertawa kali ini, namun dengan cepat Yoona menyambar kalimatnya.

“Bukan seperti itu. Maksudku familiar dengan… postur… ah iya! Postur! Postur tubuhnya sangat familiar buatku! Hanya saja aku tak tahu pernah melihatnya dimana…” cerita Yoona.

“Mungkin hanya perasaanmu…” ujar Siwon menenangkan. Meskipun ia sendiri bingung dengan maksud Yoona. Familiar dengan postur tubuhnya? Memang seperti apa postur tubuh Donghae hingga Yoona merasa mengenalinya?
Oh astaga.. atau jangan-jangan…

.
.
.

Seorang namja tengah memacu mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Membelah jalanan kota Seoul yang tak terlalu padat. Lampu-lampu yang berada di pinggiran jalan masih tetap tertangkap oleh mata sang pengemudi. Ia merapatkan sebuah cap hitam yang kini tengah dengan rapi bertengger di atas kepalanya. Melengkapi jaket hitam tebal dan juga jam tangan hitam yang tengah dikenakannya.

Terlihat jelas sepasang onyx itu sedang memandang lurus dan sefokus-fokusnya menatap jalanan panjang yang membentang dihadapannya. Namun jika dengan serius diperhatikan, onyx itu tak hanya sedang focus pada jalanan. Tergambar jelas disana bahwa ada sesuatu yang membuat pancaran matanya tak cerah. Sepertinya ada sekelebat masalah atau fikiran yang terus hinggap di benaknya, Hingga pesona onyx-nya tak terpancar seindah biasanya.

Mobil sport hitam itu berhenti di depan sebuah ruko kosong yang terletak agak gelap dan terpaut satu atau dua blok dari tempat tujuannya. Ia lalu mengunci mobilnya, dan sedikit celingukan. Memastikan tak ada siapapun yang sedang menguntit atau memperhatikannya. Ia lalu berjalan menjauhi mobilnya dan menuju ke tempat tujuannya sambil sekali lagi merapatkan topinya.

.
.
.

Yoona masih membisu di hadapan kaca jendela rumah sakit. Memandangi keindahan jalanan malam dengan lampu-lampu jalan dan juga gedung-gedung yang seakan berlomba-lomba memancarkan sinarnya tak mau kalah dengan gedung lain. Dari tempatnya berdiri saat ini Ia juga bisa meliat kendaraan berlalu lalang dengan sibuknya.

*TUT TUT TUT TUT*

Suara monitor penunjuk denyut jantung kyuhyun masih setia memperdengarkan pada Yoona suara kestabilan jantung sang kakak. Suara denyut jantung yang membuatnya selalu menghembuskan nafas lega ketika sang kakak kembali kolaps. Suara denyut jantung yang membuatnya menangis terharu 2 tahun lalu ketika sang kakak dengan tubuh berlumuran darah dipacu jantungnya yang sebelumnya mengeluarkan bunyi denyut panjang. Suara denyut jantung yang selalu menguatkannya dan membuatnya merasa bahwa masih ada setidaknya satu orang di dunia ini yang ingin berjuang untuk hidup demi dirinya.

Yoona lalu membalikkan badannya, dan memandang nanar ke arah namja yang masih berbaring di atas ranjang empuknya. Tanpa suara, tanpa gumaman, dan bahkan suara hembusan nafasnya tak terdengar dan bahkan lebih lirih dari hembusan angin. Ia lalu berjalan menghampiri namja itu dan mengusap-usap lembut sebelah pipinya yang masih terasa sedingin es dan masih terlihat pucat.

“Besok awal bulan baru, Oppa. Dan kau pasti tahu kan aku sedang memikirkan sesuatu…” ujarnya sambil menatap sang kakak Intens.

“Aku ingin bertemu Long Legs Ahjussi, Oppa.” Ujar Yoona sambil menggenggam tangan Kyuhyun. Menautkan setiap jemari Kyuhyun yang lemas bagai tak bernyawa itu dengan jari tangannya yang lentik dan lincah. Menyalurkan kehangatan suhu tubuhnya sendiri dengan manusia yang suhu tubuhnya bahkan seperti bongkahan es di hadapannya ini.

“Apa kau fikir aku bisa menemuinya?” lanjut Yoona sambil mempererat tautan jarinya.

“Atau ia yang akan menampakkan dirinya padaku?” tambahnya dengan nada suara putus asa, keraguan, dan penuh ketidak pastian. Kenapa harus ada seorang ‘ahjussi’ yang membuatnya menggantungkan diri sepenuhnya pada dirinya?

.
.
.

“Aku lapar! Ayo makan!” seru Donghae pada Yoona yang masih sibuk merapikan kertas-kertas voting untuk tugas sekolah mereka. Bisa ditebak, tugas sekolah kali ini mereka satu kelompok lagi. Tugas kali ini diluar sekolah, jadi Yoona bisa sedikit bersantai menghadapi Donghae dan tidak perlu mengantisipasi tindak-tindak yadongnya.

Tugas sekolah kali ini mengharuskan siswanya mem-voting beberapa warga Seoul tentang makanan tradisional korea. Tugas dari siapa? Tentu saja Lee Songsaenim, yang paling senang memasangkan Yoona dan Donghae jadi satu kelompok.
“Sebentar, seharusnya kita punya 100 kertas, berarti ada satu yang hilang.” Yoona tak menggubris Donghae yang menyuarakan kelaparan perutnya. Ia masih sibuk mencari sebuah kertas voting yang hilang. Di bawah map, tidak ada. Di bawah meja juga tidak ada. Lalu dimana?

“Ya! Aku lapar!” jerit Donghae lagi, kali ini ia berusaha mengahampiri Yoona yang masih celingukan di dekat meja taman.

“Tidak bisakah kau diam?! Aku sedang menca-“

“Ini kan? Aku menggenggamnya dari tadi, karna yang mengisi ini adalah mantan pacarku saat SMA dulu.” Ujar Donghae polos yang diambanng setengah keceplosan. Ia kan masih dalam misi ‘penyamaran’ menjadi anak SMA.

“Ah, syukurlah. Aku kira hilang.” Yoona berusah menggapai kertas yang ada di tangan Donghae itu, namun tiba-tiba Donghae menjunjungnya. Yoona langsung melemparkan deathglare-nya pada Donghae.

“YAH! Apa yang kau lakukan?” bentak Yoona sambil berusaha menggapai kertas itu. Tapi Donghae terus menjunjung kertas itu lebih tinggi. Dan tiba-tiba Yoona berhenti menggapai, lalu menatap Donghae yang sedang tersenyum licik.

“Wae? Kenapa berhenti?” Tanya Donghae dengan muka yang di imut-imutkan. Dan *CTAK!* satu jitakan melesat dan mendarat dengan mulus di kepala Donghae.

“Kau ini benar-benar Yadong, ya! Kau mau mengambil kesempatan menciumku seperti waktu itu, kan?” Yoona melipat kedua tangannya di depan dada.

“Heheh- jadi sudah ketahuan ya?” Donghae tersenyum malu sambil menggaruk tengkuknya yang memang tiba-tiba terasa gatal J

“Dasar Yadong! Cepat kemarikan!” perintah Yoona, yang langsung diikuti oleh Donghae. Donghae dengan pasrah menyerahkan kertas itu pada Yoona.

“Nah, sekarang baru kita makan. Kita makan kue beras pedas saja bagaimana?” tawar Yoona, dan tanpa persetujuan ia langsung berbalik dan berjalan menuju tempat favoritnya.

“KAU SELALU SAJA SEENAKNYA! DASAR RUSA!” teriak Donghae setelah Yoona berjalan beberapa langkah jauh darinya.

Yoona langsung menghentikan langkahnya, berbalik dan memandang namja yang sedang tersenyum puas itu geram. Dihampirinya namja itu seakan-akan ingin menerkamnya.

Donghae yang juga tak kalah gesit lalu berlari sekencang yang ia bisa untuk menghindari Yoona yang berteriak-teriak.

“YAH! APA MAKSUDMU HAH?!” salah satu teriakan Yoona. Donghae masih tertawa dan berusaha berlari menghindari kejaran amukan dari Yoona. Sementara Yoona juga jadi ikutan tertawa sambil terus mengejar Donghae.

.
.
.

“Dagiinng cepatlah mataaang!!” Yoona mengigiti sumpitnya dengan tatapan memelas ke arah pandangan daging yang ada di hadapannya. Sementara Donghae masih dengan sabar membolak-balik daging di atas panggangan itu tanpa sedetikpun melewatkan kesempatan untuk memperhatikan wajah imut Yoona.

“Makan yang banyak!” Donghae meletakkan beberapa potong daging yang baru matang ke mangkuk kecil Yoona.

“Sudah sudah! Banyak sekali!” Yoona memegangi tangan Donghae yang sedari tadi tak berhenti memasukkan potongan-potongan daging matang ke piringnya.

“Tidak apa, kau harus makan yang banyak. Kau itu yeoja, butuh banyak tenaga setelah bekerja keras seperti tadi.” Ujar Donghae sambil terus memindahkan daging matang dengan asap mengepul itu ke piring Yoona.

“Lalu kau makan apa?” Tanya Yoona tanpa berani sedikitpun menyentuh daging panggang di hadapannya.

“Aku akan memanggang lagi. Sudah sana cepat makan! Nanti dingin!” perintah Donghae. Yoona lalu tersenyum ke arah Donghae, berterimakasih. Belum pernah sebelumnya ia merasakan perhatian Donghae seperti ini. Ternyata, dibalik sikap ketus dan angkuh seorang Lee Donghae, ada sepercik sikap perhatian dan penyayang.

Yoona lalu menyumpit sepotong daging, lalu membungkusnya di dalam selada hijau segar yang di dalamnya sudah ada beberapa irisan sayuran. Ia lalu melirik wajah Donghae sejenak. Benar-benar serius sedang memanggang daging.

Donghae menatap bingung pada sebuah racikan bulgogi yang ada di depan mulutnya saat ini. Sebuah tangan yang tak lain adalah milik yeoja di hadapannya itu menyodorkan bulgogi ke depan mulutnya, dan mengisyaratkannya untuk melahapnya dengan sebuah senyuman termanis yang pernah dilihat Donghae.

Donghae lalu melahap bulgogi racikan Yoona. Lalu mengunyahnya dan merasakan racikan lezat itu masuk ke kerongkongannya.
“Enak. Terimakasih.” Donghae tersenyum manis pada Yoona. Yoona mengangguk senang.

“Karna kau sudah makan buatanku, kau harus traktir.” Ujar Yoona sambil meracik bulgogi lagi.

“Dasar…” Donghae tersenyum. Yoona tersenyum. Mereka berdua tersenyum dalam hening.

.
.
.

“Aku tahu kau sibuk, ahjussi. Sudah jangan dipaksakan.” Ujar Yoona pada seseorang di sambungan telepon yang sudah bisa dipastikan siapa itu dari panggilan kesayangan Yoona.

 “Selamat bekerja! Semangat ya!” Ujar Yoona sebelum memutuskan sambungan teleponnya. Ia lalu menghembuskan sebuah nafas berat yang panjang.

“Aku agak sedih, Oppa. Ahjussi belakangan ini sibuk sekali. Apa aku harus belanja sendiri?” Tanya Yoona pada Kyuhyun yang masih setia terbaring dalam sunyi.

“Kalau begitu baiklah! Demi ulangtahun sepupu kecilku! Hwaiting!” Yoona tersenyum sambil mengepalkan tangannya, mengumpulkan semangat.

~*~

“Maaf, aboji. Tadi aku harus menghubungi seseorang yang sangat penting.” Jelas Siwon pada seorang laki-laki paruh baya yang sedang menyesap kopi pahitnya sambil duduk santai di sofa ruang kerjanya.

“Tidak apa. Kau menelepon Yoona, bukan?” Tanya laki-laki itu. Yang sudah bisa dipastikan itu adalah ayahnya Siwon.

“Darimana aboji-“

“Sebenarnya aku kesini juga ingin menjelaskan sesuatu.” Potong ayah Siwon cepat. Siwon diam. Mencoba berfikir apa yang akan dikatakan oleh abojinya untuk menjawab pertanyaannya.

~*~

“Donghae? Sedang apa disini?” Tanya Yoona saat berpapasan dengan Donghae di depan rumah sakit.

“Aku? Aku baru saja selesai menjenguk sobatku. Kau sendiri?” Tanya Donghae sambil berjalan beriringan dengan Yoona.

“Aku memang selalu diisini saat akhir pekan. Oppa-ku komma, jadi aku harus sering-sering menjenguknya. Aku tak mau ia sendirian.” Papar Yoona.

“Semoga oppa-mu cepat sadar ya.” Ujar Donghae.

“Hmm, terimakasih.” Jawab Yoona singkat.

“Lalu kau mau kemana?” Tanya Donghae.

“Mau ke supermarket. Hari ini adik sepupuku berulang tahun, aku mau membantu bibiku memasak untuk piknik.” Jelas Yoona antusias.

“Kalau begitu aku antar ya? Aku juga ingin ikut piknik, kebetulan aku-“

“Kau belum makan kan? Pasti makanan. Dasar ikan!” ejek Yoona. Sementara Donghae tersenyum sambil mengepalkan tangan kanannya yang sudah berkeringat dingin.

“Bukan, bukan makanan. Aku ingin jujur padamu tentang sesuatu…”

~*~

“P-perjodohan?” wajah Siwon seketika memucat dan dahinya mengernyit tak mengerti mendengar sang ayah melontarkan sebuah kata yang bahkan saat ini mampu mengguncangkan hatinya.

“Ya, aku sudah memilih calon terbaik untukmu. Apa kau masih ingat penyelamat perusahaan kita 4 tahun yang lalu?” sang ayah membuat alur pembicaraan ini makin serius saja. Sementara Siwon masih tenggelam dalam fikiran-fikirannya sendiri.

“Cho Company. Yang sekarang sudah benar-benar bangkrut dan hilang dari dunia bisnis. Keluarga kita berhutang banyak pada perusahaan mereka. Namun sekarang sudah bangkrut, dan aku tak mampu melakukan apapun. Jadi kurasa, hanya ini jalan untuk membahagiakan tuan dan nyonya Cho.” Sambung mr. choi lagi.

“M-maksudnya aku akan-“

“Dijodohkan dengan putri keluarga Cho, benar. Untuk mengangkat kembali derajat mereka, agar mereka mampu hidup dengan layak.” Ujar tuan Choi sambil menyesap kopinya lagi.

~*~
“Apakah harus sebanyak ini?” gerutu Donghae sambil masih dengan setia mengekor di belakang Yoona sambil terus mendorong troli belanjaan yang sudah setengah penuh itu.

“Tentu saja. Kau fikir berapa orang yang akan diberi makan? Ada bibi, paman, tiga anak kecil, aku, dan juga namja ikan yang banyak makan sepertimu.” Papar Yoona sambil masih sibuk mengedarkan pandangannya di rak-rak besar supermarket besar ini.

“Bukannya kau yeoja rusa kurus yang butuh banyak makan?” goda Donghae.

*PLUK*

Sebungkus keripik kentang ukuran besar meluncur dan mendarat di dahi Donghae sebelum akhirnya mendarat dan masuk ke troli belanja.

“YAH!” protes Donghae atas perlakuan tidak elit Yoona yang melemparkan sebungkus keripik kentang itu hingga berhasil mencium jidatnya. Sementara Yoona malah meledak dengan tawanya yang selalu memamerkan deretan gigi-giginya yang rapih. Dan lagi, Donghae ikut-ikutan terbawa dalam sebuah tawa.

~*~

“Jadi ayah dan bibi Yi Kyung bersahabat sejak lama?” Selidik Siwon antusias seakan-akan menemukan benang merah dari semua permasalahan yang tiba-tiba muncul ini.

“Tidak hanya Yi Kyung, Aku juga mengenal baik kakaknya, tuan Cho.” Jawab tuan choi santai.

“Jadi Aboji yang melunasi uang sekolah Yoona?” Tanya Siwon langsung.

“Ya, itu memang aku.” Jawabnya santai.

“Aboji juga yang membayar biaya rumah sakit dan membelikan rumah untuk Yoona?” Tanya Siwon.

“Apa? Aku tidak melakukan itu. Aku hanya melunasi uang sekolahnya saja. Anak buahku bilang ia hidup berkecukupan saat ini, jadi aku hanya membantu uang sekolahnya saja. Apakah ada yang melakukan itu?” Tanya balik sang ayah.

“Jadi kalau bukan aboji, apakah-“

~*~

“YAH! Sampai kapan kau mau terus-terusan mengisi troli ini dengan sayuran?” gerutu Dongha lagi.

“Sayuran itu sehat, kau babo!” ejek Yoona.

“Ada promosi daging! Ayo kesana!” Donghae mendorong trolinya dan mendahului Yoona menuju ke arah sebuah counter kecil yang sedang mempromosikan daging.

.

“Ini adalah merk daging sapi potong terbaik di supermarket kami. Jika kalian membelinya sebanyak 5 kemasan, kami akan memberikan gratis 2 kemasan.” Ujar sang penjaga counter.

“Apakah ada tester?” Tanya Donghae yang otomatis mendapatkan sebuah jitakan di kepalanya oleh seorang yeoja yang ada di sampingnya. Yah, Yoona si yeoja ahli judo.

Yeoja penjaga counter itu tersenyum, lalu mengambilkan sepiring daging yang sudah dipotong-potong dan diberi tusuk gigi pada setiap potongan daging kecil-kecil itu.

Donghae lalu mengambil sepotong daging lalu menyodorkannya ke depan mulut Yoona. Yoona yang awalnya sedikit bingung lalu akhirnya melahap daging itu setelah mendapat isyarat dari Donghae untuk memakannya.

“Bagaimana?” Tanya Donghae meminta pendapat. Yoona terlihat masih mengunyah, dan akhirnya menjawab.

“Enak, enak sekali. Dagingnya terasa masih segar.” Komentar Yoona.

“Benarkah?” Donghae lalu mengambil sepotong daging lagi dan mencicipinya sendiri.

“Hmmm, kami ambil 5 bungkus.” Ujar Donghae.

“Yah! Apa kau gila? Uang ku tidak cukup untuk membeli semuanya!” protes Yoona.

“Dagingnya aku yang bayar.” Ujar Donghae.

“Kalau untuk pasangan suami-istri baru seperti kalian, aku bisa berikan potongan harga.” Ujar sang penjaga counter.

“Kami buka-“

“Ah! Beruntung sekali! Kami memang baru menikah! Terimakasih ya, potongan harganya.” Sahut Donghae cepat.

~*~

“Aku tak bisa menolak perjodohan ini.” Siwon memijit-mijit keningnya sendiri.

“Bukan karna aku takut pada ayahku,”

“Tapi kurasa ini karna…”

“Aku mulai menyukainya.”

~*~

“Kau masih marah?” Tanya Donghae sambil sesekali melirik lawan bicaranya yang masih cemberut. Ia harus membagi konsentrasinya antara jalanan dengan yeoja yang sedang merajuk ini. Ia takmau terjadi hal yang tidak diinginkan hanya karna ia kehilangan focus mengemudi.

“Aku hanya kesal kau menjawab pertanyaan penjaga counter itu secara sepihak.” Jawab Yoona tak mau kalah.

“Apa kau tidak dengar tadi, penjaga itu bilang akan ada potongan harga untuk pengantin baru. Itukan lumayan agar harga dagingnya tidak terlalu mahal.” Donghae berusaha mengelak.

“Tapi kenapa harus begitu?” gerutu Yoona.

“Memangnya kenapa? Toh hanya satu orang saja kan yang kita bohongi?” elak Donghae.

“Rasanya tak enak saja mengakuimu sebagai suamiku.” Jelas Yoona.

“Atau mungkin kau takut kalau kau benar-benar menghayati peranmu sebagai istriku?” Jawab Donghae santai.

Yoona terbelalak. Apakah wajahnya begitu mudah dibaca?

“Aku juga akan menghayati peranku sebagai suamimu, jika kau mau.” Ujar Donghae lagi.

“A-Apa maksudmu?” Yoona memandang namja yang sedang tersenyum –yang ebih mirip dengan smirk- itu bingung. Apa maksudnya? Apa maunya?


Apa ini hanya salah satu ejekan Donghae?



Atau ini… benar-benar permintaannya?











TBC

Selasa, 13 Maret 2012

Long Legs Ahjussi? chapter 3

Genre : Romance
Cast : Yoona, Donghae, dan lain lain
Cuap-cuap penulis :

Kali ini akhirnya ada YoonHae moment! Huakakakakak!! Semoga suka ya, ^^

Happy reading everybody...



Tunggu dulu…

Siwon itu tinggi kan? Iya! Benar! Dia itu tinggi! Sangat tinggi, dan yang pasti lebih tinggi dari Yoona.

Siwon itu anak orang kaya…

Siwon itu baik dan sangat dewasa…

Siwon sering bertemu dengannya saat long legs ahjussi muncul, walaupun tidak dalam waktu yang bersamaan..

Saat ia mendapat surat di café, ia bertemu dengan Siwon pertama kali.

Saat ia di rumah sakit, beberapa saat setelah Siwon pulang ia bertemu dengan long legs ahjussi.

Saat di pemakaman, ia juga bertemu dengan Siwon dan long legs ahjussi yang meninggalkan bunga di pemakaman.

Jadi apakah Siwon…


Long Legs Ahjussi nya?


CHAPTER 3


Sebuah kontrakan kecil di dekat pemukiman kecil, Seoul, Korea Selatan.

Yeoja itu masih meringkuk di balik selimut tebalnya. Sesekali menggeliat-geliat karna merasakan cahaya yang berusaha masuk ke dalam rumah kecilnya dan merambat melalui sela-sela jendela yang tidak ditutup terlalu rapat.
Perlahan-lahan ia membuka matanya dan menguceknya sejenak sambil mengerjap-ngerjapkannya perlahan. Merasakan rasa kantuk yang masih sedikit menghinggapi dirinya. Setelah menguap dan meregangkan tubuhnya seperti kucing yang baru bangun tidur, ia lalu segera bangun dan merapikan kasur yang dipakainya.

.
.
.

Yeoja itu tersenyum sambil melangkah riang menikmati cuaca pagi ini. Cerah dan sedikit berawan. Menambah keindahan kota Seoul yang memang sudah cantik dan nampak sempurna. Berangkat ke sekolah saat cerah memang selalu membuat Yoona nampak riang gembira. Karna baginya, cuaca yang cerah berpengaruh banyak pada perasaan seseorang.

Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari arah belakang. Yoona spontan menghentikan langkahnya dan termenung mendapati sebuah mobil sport hitam berhenti di sampingnya, dan sesosok namja keluar dari dalamnya.

“Tak kusangka kau berangkat sepagi ini.” Ujar namja itu.

“Ahjussi? Sedang apa kau disini?” Tanya Yoona bingung.

“Bibi Yi Kyung bilang kau butuh tumpangan ke sekolah. Jadi aku jemput kau ke rumahmu. Tapi kau sudah berangkat rupanya.” Jelas Siwon sambil mendekati Yoona. Memaksa Yoona menengadah untuk melihat wajah lawan bicaranya yang memang bertubuh tinggi.

“Aish- Bibi Yi Kyung benar-benar menyebalkan. Maafkan aku ya, Ahjussi. Jadi merepotkanmu terus. Lain kali jika bibi Yi Kyung bercerita memelas jangan dihiraukan.” Jelas Yoona panjang-lebar.

“Hahahah dia tidak memelas seperti yang kau bayangkan, bodoh. Sudah cepat naik, kuantar sampai sekolah.” Siwon menunjuk mobil miliknya dengan gerakan dagu.

“Tidak usah, ahjussi. Nanti kau terlambat berangkat ke kantor.” Yoona tersenyum menunjukkan deretan giginya yang tertata rapi.

“Sekarang kau terlihat seperti yeojachinguku saja, eoh? Perhatian sekali pada ahjussi-mu ini..” goda Siwon sambil tertawa jahil.

“Ish! Sudah sana berangkat ke kantor!” Yoona mendorong kecil lengan Siwon dengan tenaga terkuatnya namun apapun yang terjadi, namja itu tak bergeming sedikitpun. Tenaga Yoona hanya seperti angin saja jika dibandingkan dengan tenaga Siwon dengan tubuh yang begitu kekarnya.

“Kau yakin tidak mau ku antar?” Tanya Siwon terakhir kalinya.

“Iya, ahjussi… Sudah sana berangkat! Pay pay!” Yoona melambai-lambaikan tangannya sambil tersenyum, padahal Siwon masih ada di hadapannya.

“Hati-hati, ne? Nanti sore biar aku yang menjemputmu.” Siwon mengusap-usap surai lembut Yoona sambil tersenyum. Dan benar saja, jantung Yoona seakan berdesir dan berdetak lebih kencang karna sepasang obsidian itu seakan mampu mengajaknya larut dan terhipnotis pada pesona pemiliknya.

“N-ne, a-arrasseo.” Jawab Yoona gelagapan, berusaha menyembunyikan rasa malu dan perasaan tak karuannya melihat perlakuan manis Siwon padanya.

“Aku berangkat. Sampai jumpa nanti.” Ujar Siwon sambil berlalu dan menyalakan mobilnya, lalu memacu kendaraan itu menuju kantornya meninggalkan Yoona yang masih melongo sambil tersenyum karna tingkah Siwon.

Dan tiba-tiba sebuah mobil dari belakang melaju kencang dan membuat genangan air di dekat Yoona terciprat dan mengenai baju Yoona, yang juga secara otomatis membuat Yoona tersadar dari lamunannya.

“YAHH!!!” makinya pada mobil yang langsung pergi yang ia yakin ia sendiri juga tak mampu mengejarnya karna kecepatan yang cukup tinggi.

“Aisssh! Ini semua karna Siwon Ahjussi.” Gerutu Yoona sambil berusaha membenahi dirinya sendiri.

.
.
.

“Apa yang terjadi denganmu, Yoon? Kau tampak berantakan!” sambut Sooyoung, teman sebangku Yoona yang melongo dengan mulut membentuk huruf ‘o’ melihat kondisi Yoona yang acak-acakan. Rambut Yoona yang diacak-acaknya sendiri karna frustasi, dan juga seragam yang dihiasi noda Lumpur dari gengangan air yang dicipratkan oleh manusia kejam yang mengemudikan mobil tadi itu.

“Kalau saja tadi mobil itu berhenti, sudah kuhajar pengemudinya!” ujar Yoona frustasi dengan ekspresi seram-dingin-mengerikannya.

“Sudahlah, sabar, sabar. Ayo duduk,” Sooyoung menarik lembut pergelangan tangan Yoona lalu mengajaknya duduk satu bangku dengan dirinya.

“Lee Songsaenim datang!” seru seorang siswa yang juga tak lama kemudian diiringi suasana sepi spontan dari kelas, dan mr.Lee yang memasuki kelas diiringi seorang namja yang berseragam sekolah seperti sekolah ini.

“Selamat pagi anak-anak.” Sapa lee Songsaenim ramah.

“Selamat pagi!” sahut anak-anak sekelas kompak.

“Hari ini kelas kami akan mendapat seorang siswa baru dari Busan. Donghae-ssi, silahkan memperkenalkan dirimu.” Ujar Lee Songsaenim pada namja yang sedang berdiri di sampingnya.

“Lee Donghae imnida, pindahan dari Busan. Bangapseumnida. Semoga bisa bekerjasama dengan baik.” Ujar namja itu sambil tersenyum ramah pada semua siswa, yang diiringi tepuk tangan dari beberapa yeoja yang nampaknya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan namja itu, dan juga seruan dari beberapa namja yang nampaknya juga sudah ingin menggaet namja itu untuk masuk ke club eskul mereka.

“Baiklah, sekarang kau duduk di… tunggu dulu.” Lee Songsaenim membenahi kacamatanya sejenak sambil menatap Sooyoung dengan deathglare.

“Choi Sooyoung! Kenapa kau tidak duduk di tempatmu?” panggil Lee Songsaenim.

“Heheheh, jeoseonghamnida Songsaenim.” Sooyoung langsung berdiri dan berlari kecil menuju ke tempat duduk aslinya. Memang bukan disebelah Yoona seharusnya. Jika ada Lee Songsaenim, semua orang harus duduk di tempat yang telah ditentukannya.

“Nah, Donghae-ssi, kau boleh duduk di samping Cho Yoona. Dia murid yang cukup berprestasi di kelas ini. Aku yakin dia akan banyak membantumu.” Jelas Lee Songsaenim.

“Algetsseumnida, Songsaenim.” Donghae tersenyum ramah dan melangkah menuju tempat kosong disamping Yeoja berambut panjang yang ditunjuk lee Songsaenim itu.

“Baiklah, pelajaran hari ini dimulai dengan halaman 129.” Ujar Lee Songsaenim memulai pelajaran.

.
.
.

Donghae lalu menghempaskan tubuhnya ogah-ogahan ke atas kursi kosong disamping Yoona, lalu memejamkan matanya.
“Cho Yoona imnida. Senang berkenalan denganmu.” Yoona mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis. Tapi Donghae hanya melirik tangan itu sekilas, lalu membuang pandangannya.

“Aku tidak suka orang asing.” Katanya sombong. Demi apapun Yoona ingin menghajar namja ini jika saja ini bukan pelajaran Lee Songsaenim. Yoona paling benci orang sombong. Sungguh, sangat benci.

“Jika kau butuh sesuatu, jangan sungkan-sungkan tanyakan padaku, ne?” tawar Yoona masih berusaha ramah.

“Bisakah kau diam? Aku lelah menempuh perjalan Busan-Seoul, akan makin lelah lagi mendengar ocehanmu.” Sahut Donghae lagi dengan nada yang makin ketus.

OMO!! Rasanya sudah ada jutaan petir menyambar di balakang Yoona dengan api yang berkobar-kobar di matanya, ingin sekali rasanya mencekik namja sombong ini hingga mati lalu membuang mayatnya ke sungai atau memutilasinya jadi lima belas potong dan membagi-bagikannya pada fakir miskin. Tapi Yoona tak sesadis itu, hanya saja moodnya sedang buruk karna indsiden ‘pencipratan’ itu.

“Cih… tak kusangka pindahan dari Busan punya muka dua.” Cibir Yoona kesal. Yah, memang Yoona jika sudah marah kalimat-kalimat pedas pasti akan dengan mudah meluncur dari bibir mungilnya.

“Apa katamu?!” Namja tampan itu nampaknya juga sudah mulai tersulut emosinya. Terlihat dari nada suaranya yang makin meninggi.

“Betapa manis dan ramahnya seorang Lee Donghae didepan kelas. Tapi ternyata, jahat dan kejam. Cih… namja macam apa yang bermuka dua?” cibir Yoona lagi.

“Memang aku bermuka dua. Lalu kau mau apa?” Donghae menanggapi dengan santai. Salut, Donghae benar-benar mampu mengendalikan emosi dengan baik.

“Dengar ya, orang bermuka dua tak akan pernah dapat bantuan dariku!” Ancam Yoona.

“’jika kau butuh sesuatu tanyakan padaku, ne?’ bukankah itu juga muka dua? Dilihat dari sikapmu yang sekarang dan sikapmu yang tadi… jangan-jangan kau berkepribadian ganda?” Donghae malah makin asik menjahili Yoona.

Yoona mengepalkan tangannya di atas meja sambil menahan amarah yang seakan-akan ingin meledak dari kepalanya dan membakar seluruh sekolahan.

“Awas kau Lee Donghae!!!”
.
.
.

“Sudahah Yoon, sabar saja kenapa sih? Dia itu kan murid baru, tak mungkin selamanya bersikap sombong begitu…” ujar Sooyoung berusaha menenangkan Yoona yang sedari tadi mencabik-cabik roti makan siangnya seperti singa yang sudah 3 hari tidak memangsa daging.

“Tapi dia itu benar-benar…!! Aisssh!!” Yoona menggigit rotinya lagi lalu mengunyahnya tidak sabaran. Sementara Sooyoung tersenyum sendiri melihat Yoona sedang merajuk tanpa alasan yang jelas.

“Aku ingin minum soft drink. Kau mau tidak?” tawar Yoona. Sooyoung mengangguk. “Itu baik untuk mendinginkan emosimu.” Jawab Sooyoung. Yoona langsung beranjak menuju mesin minuman.

~*~

Yoona memasukkan satu lembar uang ke dalam mesin itu, lalu menekan beberapa tombol pada mesin itu, dan *TING* sebuah minuman keluar dari mesin itu. Yoona tersenyum, tak disangka hanya dengan memainkan sebuah mesin minuman, mood-nya langsung berubah jadi baik lagi.

Yoona melakukannya lagi untuk membelikan minuman untuk Sooyoung. Tapi setelah memasukkan uang, ia lalu berfikir sejenak, minuman apa yang diinginkan Sooyoung, ya? Ia baru ingat kalau tadi ia belum bertanya. Tanpa ragu yoona meninggalkan mesin minuman itu dan kembali untuk bertanya pada Sooyoung.

Dan sekembalinya ia dari Sooyoung, Yoona langsung melotot melihat seorang namja tengah menekan-nekan tombol mesin minuman dan mengambil minuman yang keluar dari sana, lalu dengan entengnya meminumnya.

“YAH!” seru Yoona sambil menghampiri namja itu.

“Mwo?” namja itu membalikkan tubuhnya dan menunjukkan wajah polosnya. Dan Yoona benar-benar melotot melihat siapa namja yang ada di hadapannya ini. Yap! Lee Donghae! Namja sombong dari Busan itu.

“Kau!! Keterlaluan sekali! Itu minumanku!” Yoona berusaha merebut minuman kaleng itu dari tangan Donghae. Namun dengan sigap Donghae menghindar dan menjunjung minuman itu lebih tinggi.

“Kau ini apa-apaan?! Beli saja minumanmu sendiri!” Donghae menjulurkan lidahnya dan merasa menang.

“Minuman itu kau beli dengan uangku!” seru Yoona kesal.

“Ooh, jadi uang yang tersangkut di mesin ini tadi itu uangmu?” Donghae tertawa licik bercampur dengan tawa geli.

“Aish! Cepat berikan minumankuu!!” Yoona mencoba melompat-lompat dan meraih minuman di tangan Donghae itu.

“Siapa suruh kau teledor? Dasar ceroboh.”  Donghae malah tertawa licik dan mengangkat minumannya makin tinggi.

Sementara itu Yoona masih berusaha melompat, dan melompat, dan melompat. Sementara Donghae masih berusaha menjunjung, menjunjung, dan menjunjung. Hingga akhirnya Yoona oleng, daaaann…

*CHUUU~*

Donghae menjatuhkan minumannya dan dengan sigap menahan tubuh Yoona yang ambruk menimpa dirinya. Tapi yah, bibir mereka menempel. Ya, semacam itulah.

Yoona yang koneksi otaknya sedang lambat hanya melotot, sementara Donghae nampak terpejam dan ‘menikmati’ kejadian tidak sengaja itu.

“DASAR YADONG!!!” Yoona memukul-mukul tubuh Donghae dengan keras. Yoona bisa saja membatingnya kalau saja pipinya sedang tidak dipenuhi warna merah sekarang.

“Kau yang ceroboh!” Donghae menahan tangan Yoona yang masih aktif memukuli dirinya.

“Kau mencuri ciuman pertamakuuuu!!!” Yoona berteriak-teriak panik dan Donghae spontan membungkam mulutnya dengan tangannya.

“Diam kau bodoh! Kau mau semua orang tahu kalau ktia tadi berciuman?” ancam Donghae.

*BRRRAK!!*

Nah, posisi membungkam itu baru posisi yang bagus untuk membanting seseorang. Akhirnya pelajaran Judo Yoona berguna juga untuk membanting namja yadong.

Donghae meringis kesakitan sambil memegangi punggungnya yang baru saja sukses mencium lantai dan tulang-tulang belakangnya yang sukses berbuyi ‘Krrak’ walaupun tak separah apa yang dibayangkannya, tapi tetap saja terasa nyeri.

“Aku Cho Yoona, pemegang sabuk tertinggi di kelas Judo. Salam kenal.” Yoona tersenyum menang sambil mengusap-usap tangannya, lalu menjulurkan lidahnya. Yoona lalu mengambil dompet Donghae yang tergeletak tak jauh dari tempat Donghae tergeletak, lalu mengambil selembar uang kertas seharga minumannya tadi.

“Terimakasih untuk ganti ruginya. Sampai jumpa.” Yoona melangkah pergi dengan riang, sambil bersenandung juga sesekali, meninggalkan Donghae yang baru saja berusaha duduk.

“Aku tahu namamu Cho Yoona, Aku tahu kau pemegang sabuk tertinggi kelas Judo, Dan aku tahu itu ciuman pertamamu…”

.
.
.

“Kau memang gila, Yoon. Membanting murid baru di hari pertamanya masuk sekolah… ckckckck…” Sooyoung berdecak kagum mendengar cerita Yoona. Sooyoung dan Yoona terus berjalan beriringan keluar menuju gerbang sekolah. Tentu saja mau pulang, ini kan sudah waktunya pulang.

“Biar saja! Biar tahu rasa dia. Berani-beraninya melawan Cho Yoona.” Yoona membusungkan dadanya merasa penuh kemenangan dan kepuasan.

“Dasar…” Sooyoung masih terkekeh geli melihat ekspresi senang Yoona.

“Tak kusangka mood-mu langsung berubah habis menghajar orang. Sepertinya kau memang cocok jadi gangster..” ejek sooyoung. Sementara Yoona masih tertawa dan meresapi kemenangannya tadi. Tapi tiba-tiba langkah dan pandangannya terhenti saat melihat sebuah mobil mewah terparkir di halaman sekolahnya. Ia memutar otak, berusaha mengingat dimana ia pernah bertemu mobil seperti itu.

Ia terus mengingat, mengingat, mengingat, hingga akhirnya…

“Itu mobil yang tadi pagi!” seru Yoona sambil membuat huruf ‘o’ dengan mulutnya.

“Mobil ap- ah! Mobil dengan pengemudi kurang ajar yang tadi pagi maksudmu?” Tanya Sooyoung, Yoona langsung memandang sinis mobil itu sambil berfikir keras. Hingga akhirnya, ia berlari menuju mobil itu.

“Yah! Yoona-ya!” Sooyoung berusaha mengejar Yoona.

.
.
.

“Kau ini benar-benar jahat sekali Yoon. Belajar darimana kau, eh? Kyuhyun Oppa?” ejek Sooyoung.

“Hmm, begitulah. Kyuhyun oppa sering melakukannya, makannya aku ahli sekali.” Yoona tersenyum licik seperti Oppanya, sambil masih sibuk dengan ‘misi’nya.

“Yoon! Sepertinya ada yang datang!” seru Sooyoung.

“Sudah! Ayo sembunyi!” Yoona tersenyum puas, lalu cepat-cepat menarik Sooyoung untuk bersembunyi di balik semak-semak.

Benar, seorang namja datang dan menghampiri mobil itu. Wajahnya memang tidak terlalu kelihatan karna Yoona dan Sooyoung bersembunyi cukup jauh dari mobil itu. Belum sempat namja itu masuk ke dalam mobil, ia sudah terkejut duluan melihat keempat ban mobilnya gembos. Sementara dibalik semak-semak Sooyoung dan Yoona ber-tos ria sambil tertawa puas melihat gerak-gerik bingung korbannya. Tapi tunggu dulu…
Seorang namja lainnya datang menghampiri namja kebingungan itu. Dan Yoona hafal benar siapa itu.

.
.
.

“Kenapa bisa begini?” Tanya Donghae entah pada siapa sambil menggaruk-garuk kepalanya melihat keempat ban mobil dihadapannya gembos. Jika ini mobilnya mungkin tidak apa-apa, tapi masalahnya ini bukan mobil miliknya, tapi milik- nah itu dia pemiliknya datang.

“Ada apa, hae?” Tanya namja tinggi itu, yang tak lain adalah CHOI SIWON!

“Entahlah Hyung, mobilmu tiba-tiba begini. Maafkan aku hyung. Sungguh.” Ujar Donghae memelas.

“Hmm, sepertinya ini disengaja. Apa kau habis bertengkar?” Tanya Siwon lagi.

“Andwae! Aku tidak mungkin berteng-“ otak Donghae berhenti sejenak dan memutar kejadian tadi pagi. Saat di kelas, dan juga di canteen. Apa mungkin Yoona?

“Nah, benarkan apa kataku? Ini pasti musuhmu.” Ujar Siwon tenang.

“Tapi Hyu-“

“Ahjussi!!” Panggil sebuah suara. Suara yeoja. Yang Donghae dan Siwon hafal siapa itu.
“Loh? Yoona? Sedang apa disini?” Tanya Siwon sambil tersenyum menyambut Yoona dan seorang yeoja lain yang berada di samping Yoona.

“Kau?! Pasti kau yang merusak mobil Hyung-ku! Iya kan!?” tuduh Donghae langsung.

“Ahjussi! Kau kenal namja ini?” Yoona malah tak memperdulikan Donghae yang daritadi terus mengomel.

“Dia ini adalah re-“

“Rekan baiknya Siwon Hyung! Jadi apa maumu merusak mobil hyungku, heh?” Donghae langsung memotong kalimat Siwon.

“J-jadi ini mobilmu, ahjussi?” Tanya Yoona polos. Siwon mengangguk sambil tersenyum, Donghae masih kesal dan terus menggerutu, Sooyoung kebingungan.

“M-Mianhae ahjussi. Sungguh maafkan aku. Aku melakukannya karna mobil ini tadi pagi hampir menyerempetku dan mencipratiku dengan genangan air. Aku hanya ingin balas dendam.” Yoona mengadu pada Siwon dengan mata polosnya. Siwon menepuk-nepuk pelan kepala Yoona.

“Kau hampir diserempet?” Tanya Siwon khawatir. “Tapi aku baik-baik saja, ahjussi.” Yoona tersenyum.

“Kalian ini benar-benar. Kenapa masih sempat-sempatnya pacaran?” kali ini Sooyoung angkat bicara.

“Eer- nona ini benar. Donghae, apa kau yang membuat genangan air itu mengenai Yoona? Kau pasti berkendara cepat lagi, kan?” Siwon langsung bertanya pada Donghae, walaupun tidak seram, tapi Siwon benar-benar terlihat bijak dan seperti orang tua.

“Eer—begitulah Hyung. Aku takut terlambat tadi pagi. Tapi aku tidak tahu kalau ada yang terkena genangan air saat aku mengemudi.” Jelas Donghae sambil tersenyum malu.

“Nah, Ahjussi. Tadi pagi dia juga menjahati aku dan berbuat yadong padaku!” Yoona mengadu lagi, membuat Siwon terkekeh geli sambil terus-terusan membelai surai hitam Yoona yang terurai rapih.

“Aish! Dasar pengadu!” Donghae menggerutu.

“Hae, lakukanlah apa yang harusnya dilakukan laki-laki.” Perintah Siwon tenang.

“Iya, iya. Yoona, maafkan aku ya tadi pagi sudah mengotori pakaianmu. Dan juga mengambil minumanmu tadi, dan juga sudah mencuri ci-“

“Iya iya kumaafkan! Tak perlu dilanjutkan!” Yoona buru-buru memotong Donghae. Tidak lucu kan kalau Siwon tahu soal ‘ciuman kecelakaan’nya dengan Donghae?

“Nah, kalau semua masalah sudah selesai, aku pamit pulang dulu.” Ujar Sooyoung.

“Nona, apa perlu kuantar?” tawar Siwon tiba-tiba.

“Tidak perlu, terimakasih tuan. Yoon, aku pulang dulu ya.” Sooyoung pamit.

“Tidak apa, sungguh. Yoon, kau pulang dengan Hae ya? Hae, antarkan Yoona dengan mobilmu sendiri.” Siwon melemparkan sebuah kunci mobil pada

“HAH?!” seru Donghae dan Yoona bebarengan.

“Ayo nona. Kami duluan.” Siwon mengajak Sooyoung pulang bersamanya dan meninggalkan Donghae dan Yoona yang masih melongo kebingungan.

.
.
.

From : Choi Siwon

Ajaklah dia bicara, Hae. Sampai kapan kau mau bersembunyi terus?

Begitulah pesan singkat dari Siwon yang baru saja dibaca Donghae. Benar juga, dia tak bisa terus diam-diaman dengan Yoona seperti ini, kan?

“Kalau kau diam terus, kau akan ku-culik!” ancam Donghae yang sekaligus memecahkan keheningan diantara ia dan Yoona selama ia tadi mengemudikan mobilnya.

“Ish! Mengemudi saja! Tidak usah cerewet!” perintah Yoona sambil kembali mengamati jalanan.

“Dasar…” gerutu Donghae sambil terus mengemudi.

Sementara Yoona masih terlarut dengan pikirannya sendiri. Tentang kenapa Siwon mengantar Sooyoung, Kenapa harus Sooyoung, kenapa Siwon bukannya mengantar dirinya, kenapa Siwon seakan tak peduli padanya, seharusnya ia yang sedang tertawa bersama Siwon dalam mobil, apa yang sedang dilakukan Siwon bersama Sooyoung, ah, banyak sekali.
“Apakah selama ini kebaikanmu padaku itu hanya sebuah kewajibanmu sebagai laki-laki, ahjussi?” Yoona masih sibuk berfikir.

“Sudah sampai.” Ujar Donghae singkat sambil melepas sabuk pengamannya sendiri dan turun dari mobil.

Yoona yang masih setengah sadar dari lamunannya juga melepas sabuk pengamannya dan ikut-ikutan turun dari mobil.

Namun setelah ia turun dari mobil, ia sedikit terkejut mendapati ia sekarang tengah berada di sebuah café yang ia hafal betul café siapa ini. Ini café bibi Yi Kyung. Tapi kenapa… Donghae bisa tahu café ini?

.
.
.

“Ah, akhirnya kau tiba. Makananmu sudah kusiapkan dibelakang.” Ujar Bibi Yi Kyung menyambut Yoona.

“Aku sudah makan tadi bi, umm, namja yang memakai seragam sepertiku duduk di mana bi?” Tanya Yoona.

“Dia duduk di pojok. Tempat favoritmu.” Ujar bibi Yi Kyung.

“Benarkah? Kalau begitu aku kesana dulu ya bi.” Yoona lalu beranjak mencari Donghae.

Benar, ia menemukan namja itu sedang termenung di kursi favoritnya sambil memadang kosong ke arah jalanan. Kenapa ia seperti ini?

“Kau duduk di kursi favoritku!” seru yoona sambil menghampiri Donghae.

“Kau ini benar-benar..!” Donghae menahan nada suaranya seakan ingin meledakkan sesuatu.

“Hehehehe, mian! Aku kan suka bercanda.” Yoona tersenyum polos.

“Cih.. Kau ini apa benar-benar punya kepribadian ganda? Saat kau membantingku, dan saat kau bermanja-manja dengan Siwon hyung dan juga denganku seperti ini kalian nampak jauh berbeda.” Cibir Donghae.

“Aku tetap aku! Aku tak punya kepribadian ganda, hanya saja aku cepat beradaptasi dengan keadaan sekitarku.” Jelas Yoona seakan-akan ‘kecerobohan sifatnya’ adalah sesuatu yang membanggakan.

“Beradaptasi? Jadi denganku kau jahat, dan dengan Siwon Hyung kau baik? Begitu?” Donghae menopang dagunya.

“Hmm, Kau kan menyebalkan dan licik, jadi aku juga harus begitu untuk mengimbangimu. Sementara Siwon Ahjussi itu baik dan lembut. Jadi aku juga harus bersikap baik padanya.” Yoona menjelaskan panjang-lebar.

“Dasar kekanakan.” Cibir Donghae. Yoona hanya mendengus kesal kali ini. Tidak melontarkan kalimat pedas pembalasnya seperti biasa.

“Dan kenapa kau memanggilnya ahjussi? Dia kan masih belum setua itu.” Tanya Donghae penasaran.

“Hmm, itu karna Siwon Ahjussi sangat dewasa dan baik dan pengertian dan perhatian dan penyayang dan-“

“Sudah hentikan. Balada ‘dan’ mu itu bisa membuat kepalaku pecah.” Potong Donghae cepat. Yoona mendengus kesal (lagi)

“Kenapa kau tidak memanggilku ahjussi saja?” Tanya Donghae. Tawa Yoona langsung meledak seketika.

“Memanggilmu ahjussi? Tak akan! Kau itu masih kekanakan, dan menyebalkan, dan licik, dan jahat, dan-“

“Bisakah tidak menggunakan kata ‘dan’ terlalu banyak? Kepalaku mau pecah.” Kata Donghae ketus lagi.

“Kau ini menyebalkan sekali. Kau ingin aku menjawab pertanyaanmu, tapi apapun jawabanku kau caci! Cih…” Yoona mendengus kesal. (lagi)

“Kenapa kau harus menilai seseorang dari sikap awal mereka? Tidak bisakah kau mengenal mereka dulu baru menilai mereka?” Tanya Donghae lagi.

“Karna menurutku kesan pertama 85% akurat.” Jawabnya yakin.

“Kalau begitu masih ada 25% orang yang tidak kau nilai dari kesan pertamanya kan?” Tanya Donghae lagi.

“Hmm, begitulah. Memang kenapa sih? Kau sepertinya menginterogasiku terus..”

“Kalau begitu masukkan aku kedalam golongan 25% itu.” Ujar Donghae tiba-tiba. Donghae juga memusatkan sepasang caramelnya tepat di mata bening Yoona.

“A-apa m-maksudmu?” Yoona gelagapan ditatap seperti itu.

“Jangan nilai aku dari kesan pertama kita bertemu. Karna sejauh apapun kau mengenalku, kesan pertamaku akan selalu melekat padamu. Dan seperti apapun aku menjelaskannya kelak, kau takkan mau mengerti…” jelas Donghae.

“Aku tidak mengerti.” Jawab Yoona sekenanya.

“Sudah, lupakan saja. Cepat bawakan aku blueberry pie dan cappucinno!” perintah Donghae.

“Eh? Kau ini apa-apaan sih? Kenapa memerintahku begitu?” Yoona malah makin bingung dengan berubahnya sikap Donghae.

“Kau pelayan di café ini, kan? Ppalii!” suruh Donghae.

“Memang aku pelayan, tapi hanya weekend saja.” Sahut Yoona cepat.

“Tetap saja kau pegawai disini. Ini kan café bibimu, Sudah sana cepat!” perintah Donghae lagi. Namun saat Yoona akan beranjak, ia tersadar akan sesuatu.

“Hae-ya! Darimana kau tahu kalau aku menjadi pelayan di café ini?” Selidik Yoona curiga. Dan BINGO! Raut muka Donghae berubah panik.

“Dan darimana kau tahu ini café bibiku?” selidik Yoona lagi. Donghae tidak bergeming. Seperti masih bingung mencari jawaban.

“A-aku…”















TBC